Jumat, 30 Juli 2010

Menemukan Ilmu

Lanjutan dari postingan sebelumnya yang merupakan bagian dari presentasi prof Arief Rachman di acara Wajah Muslim Indonesia Chapter3....

Untuk dapat mencapai 5 kriteria kesuksesan pendidikan terdapat beberapa perubahan yang perlu dilakukan, salah satunya adalah merubah tujuan pembelajaran dari menguasai ilmu menjadi menemukan ilmu. Ini topik yang paling saya sukai. Sekilas terlihat mudah, tapi pada kenyataannya diperlukan sebuah kreativitas bagaimana memberikan stimulus kepada peserta didik sehingga mereka dapat menemukan sebuah ilmu. Pak Arief memberikan contoh, di suatu sekolah pada saat pelajaran biologi (IPA) seorang guru membawa setumpuk kacang-kacangan dan meminta setiap murid untuk mengambil masing-masing sebanyak satu genggam. Setelah semua murid mendapatkan kacang-kacangan tersebut kemudian terjadilah dialog antara guru dengan murid-muridnya, begini kira-kira dialognya:
Guru: Anak-anak, sekarang coba kelompokan kacang yang kalian miliki (dalam hal ini kacang yang terlihat sama dijadikan satu kelompok).
Murid: iya bu guru...
Guru: sudah semuanya?
Murid: sudah bu...
Guru: Sekarang siapa yang mau menceritakan kepada ibu apa yang kalian lihat?
(Salah seorang murid kemudian mengangkat tangannya, anggap saja murid itu bernama Jojo, sebab aku lupa nama aslinya)
Jojo: Saya Bu guru..... (sambil mengacungkan jarinya)
Guru: Baiklah Jojo... silahkan maju ke depan. Apa yang kamu temukan.
Jojo: Ada kacang yang bisa dibelah dan ada kacang yang tidak bisa dibelah (bijinya satu)
Guru: Iya benar... pintar sekali Jojo... Kacang yang dapat dibelah (berbiji dua) disebut dikotil, dan kacang yang tidak dapat dibelah (berbiji satu) di sebut monokotil.
Guru: Jadi ingat-ingat ya... tumbuhan yang berbiji dua disebut diko...til dan tumbuhan yang berbiji satu disebut monoko..til (kenapa saya tulis diko..til dan monoko..til karena guru tersebut menyebutkan kata-kata dikotil dan monokotil dengan sebuah intonasi dan gaya yang jenaka tapi mudah diingat).
Sepulang sekolah Jojo terus mengulang2 menyebutkan istilah tersebut dengan intonasi dan gaya yang dicontohkan gurunya tadi..

Sebuah cerita yang sangat menginspirasi diriku. Bagaimana seorang guru dapat menggiring muridnya untuk menemukan sebuah ilmu, bukan sekedar menguasai ilmu. Aku setuju dengan prof Arief rahman jika menemukan ilmu memang lebih penting daripada sekedar menguasai ilmu, karena tentu saja hal ini berkaitan dengan seberapa lama dia dapat mengingat dan seberapa jauh dia dapat memahami sebuah ilmu. Lihat bagaimana Jojo bisa menemukan sendiri kalau ada biji-bijian yang bisa dibelah dan ada yang tidak bisa dibelah. Ini tentu akan terus dia ingat dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan jika Jojo tahu tentang monokotil dan dikotil hanya sekedar dari buku atau mendengarkan gurunnya. Dengan menguasai ilmu, seorang anak mungkin bisa menjelaskan dengan lancar definisi dikotil dan monokotil karena dia hafal, tapi itu tidak menjadi jaminan kalau dia memahami maknanya. Lihat berapa banyak orang yang hanya jago teori tapi tidak dalam implementasi di dunia riil. Hal ini terjadi karena mereka sebenarnya tidak memahami untuk apa atau mengapa ilmu itu ada? Bagaimana jika ilmu itu tidak ada?

Cerita diatas mengingatkanku saat sedang mengajarkan matematika diskrit kepada mahasiswa yang bukan anak matematika. Melihat latar belakang mereka yang beragam, maka langkah pertama yang aku lakukan di awal semester adalah memberikan sugesti kalau matematika itu mudah dan menyenangkan. Hal ini perlu ku lakukan karena banyak dari mereka yang alergi matematika dan rata-rata mengambil mata kuliah ini memang karena termasuk mata kuliah wajib, jadi bukan karena benar-benar berminat. Aku ingat bagaimana susahnya mengajarkan kepada mereka membuktikan sebuah teorema. Sebenarnya bagiku dan mungkin bagi sebagian besar anak matematika membuktikan merupakan hal yang sangat menyenangkan, tapi ternyata tidak bagi kebanyakan mahasiswaku. Dari sekian topik yang aku ajarkan, justru materi ini yang paling memeras otakku. Ini terjadi karena untuk membuktikan satu hal diperlukan definisi, teorema, lema, dan dalil-dalil penunjang lainnya sehingga pembuktian tersebut bisa dikatakan valid. Masalahnya pada kuliah kali ini terdapat sekitar 10 teorema dasar yang harus mereka pahami. Aku mencoba memberikan ilustrasi-ilustrasi yang menurutku dapat membantu mereka dalam memahami dan mengingat teorema-teorema tersebut. Aku menggunakan ilustrasi ini karena dengan cara inilah dulu aku dapat memahami sebuah teorema tanpa harus menghafal (karena aku termasuk orang pelupa). Tapi sepertinya mereka masih mengalami kesulitan. Jadi jangankan untuk membuktikan, kerangka dasarnya saja mereka belum menguasai. Hupf... sekarang aku jadi berpikir mungkin teknik yang aku terapkan salah... mungkin teknik ini tidak sesuai untuk mereka. Sepertinya aku ingin mencoba menerapkan ide "discovery science" diatas. Hmmm... gimana caranya ya.... masih berpikir... kalau sudah ketemu idenya mungkin aku tulis di postingan selanjutnya...
.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar