Kamis, 25 Juli 2013

Ayoooo Be-la-jar....

Jika telah tertulis bahwa sabar selalu berbuah manis, lantas apa yang menghalangi kita untuk bersabar?. Jikapun diperjalanan banyak ditemui kerikil, banyak duri bertaburan, banyak rintangan menghadang, bukankah sudah  sunatullahnya setiap manusia akan diuji?. Jikapun langkah kita harus terseok-seok, yakinlah ada kebaikan yang terkandung didalamnya. Bergembiralah, karena kita masih diberi kesempatan untuk belajar banyak. Jalani setiap yang kita lalui dengan ikhlas, sabar, dan tawakal. Lapangkan hati, lapangkan jiwa, lapangkan pikiran. Selalu berpikiran positif dan ingat bahwa ketetapan-Nya selalu yang terbaik.

Terimakasih ya Allah karena masih memberikan banyak kesempatan untuk belajar.  Terimakasih Ya Allah, dengan segala keterbatasan yang kami miliki, Engkau masih memberikan  kesempatan kepada kami untuk naik kelas.

Wahai Maha Guru terbaik, Guru dari segala guru, terima kasih untuk semua pelajaran dan kesempatan yang diberikan :) Teguhkan hati kami agar dapat melalui prosesnya dengan baik. Aamiin..

.

Kriteria Memilih Tempat Kerja

Beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan saat memilih tempat kerja:
1.  Apa yang ditawarkan?
(termasuk gaji, tunjangan, fasilitas, dll)
2. Jika bekerja disana apakah masih bisa mengerjakan hal lain?
Ini layak dipertimbangkan karena hidup terlalu singkat jika hanya  dihabiskan dibalik tembok.
3. Apakah kita bebas mundur kapan saja?
Untuk jaga-jaga jika terdapat kondisi yang memang mengharuskan kita untuk keluar kerja, misal ikut suami, pekerjaan tidak ramah keluarga, atau lingkungan kerja tidak lagi kondusif.
4. Untuk kemajuannya bagus mana?
5. Untuk masa depan, kalau sudah menikah bagaimana?, lebih leluasa yang mana?
Ini merupakan salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan, jangan sampai keluarga hanya diberikan waktu sisa. Lihat berapa banyak orang yang cemerlang dari segi karir tapi keluarganya terbengkalai, cukuplah itu menjadi pelajaran. Contohlah Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau seorang pemimpin ummat dengan tugas yang menggunung, tetapi  beliau adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.
6. Mana tempat yang mendukung untuk lebih banyak insyaf?
Dari sekian banyak kriteria, ini nih yang sering dilupakan orang, padahal ini adalah faktor yang paling penting. Ingat hidup di dunia hanya sementara. Sudah seharusnya kita mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat. Seimbangkan hidup, jangan terlena dengan hingar bingar gemerlap dunia. Jadikan semua yang kita lakukan sebagai ladang amal yang dapat selalu menambah kecintaan kita terhadap Sang Pencipta.

Selasa, 16 Juli 2013

Ketetapan Hati

Dapat kutipan bagus dari Om Tere Liye,

"membolak balikan hati adalah urusan Allah, sebagaimana Allah pula yang mampu meneguhkannya."

Jadi mohonlah kepada Allah agar diberikan ketetapan hati untuk selalu berada di jalan-Nya, dalam hal apapun...

Sabtu, 13 Juli 2013

Stop Galau Ecek - Ecek

Kalau ada award tentang kata terpopuler, kata yang banyak digunakan oleh banyak orang terutama remaja, mungkin kata "galau" yang akan keluar sebagai pemenangnya. Bagaimana tidak, ga di dunia nyata, ga di dunia maya, nyaris setiap hari kita menemukan kata itu. Milih makanan galau, kena macet galau, milih kerjaan galau, putus cinta galau, bahkan jatuh cintapun juga galau. Padahal nih, pas lagi galau coba melihat sekeliling, disaat kita galau milih makanan, ada banyak orang diluar sana yang bahkan mereka tidak tahu apakah hari ini bisa makan atau tidak. Ketika kita galau kena macet, ada banyak orang diluar sana yang bahkan harus berjalan berpuluh-puluh kilometer karena tidak ada kendaraan atau tidak punya uang untuk membayar ongkos. Ketika kita galau memilih pekerjaan, ada banyak orang diluar sana yang sudah melamar kesana kemari tapi belum juga membuahkan hasil. Ketika kita galau karena putus cinta atau jatuh cinta pada lawan jenis, ada banyak orang diluar sana yang jangankan memikirkan urusan perasaan, bahkan untuk bisa tidur dengan amanpun sulit.

Hey  coba lihat saudara-saudara kita di palestina, syiria, rohingya, dan tempat-tempat lainnya, mereka yang hidup tertindas di negeri sendiri, di blokade, dihujani desing peluru dan diperlakukan tidak adil, merekalah yang seharusnya galau. Tapi apakah benar mereka galau?, entahlah... Tapi melihat semangat mereka, perjuangannya, keteguhan hatinya, rasanya kata "galau" jauh dari kamus hidup mereka. Kalau ingat itu rasanya hal yang selama ini sering membuat kita galau tak lebih dari sekedar urusan "ecek-ecek", ga ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dialami saudara-saudara kita di belahan bumi lain. Terlebih lagi kalau ingat kerisauan Rasulullah menjelang beliau wafat. Beliau sama sekali tidak galau karena memimirkan dirinya, justru yang beliau risaukan adalah nasib kita sebagai umatnya. Sampai-sampai menjelang ajal tiba beliau bertanya pada malaikat Jibril, "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?", kemudian Jibril menjawab, "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya". Bahkan saat malaikat Izrail menarik ruh Rasulullah secara perlahan hingga  nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang, dan  terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tidak tertahankan lagi,  beliau masih juga memikirkan umatnya dan berdoa, "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku" [1]. Terharuuuu...

Jadi masih mau galau untuk urusan ecek-ecek?.. Ga deh, itu mr/mrs galau mending ke laut aje.. Kalaupun harus galau, levelnya kita naikin dikit, misal galau karena belum mencintai Allah & rasul-Nya diatas segala-galanya, galau karena belum bisa berbakti kepada orang tua, galau karena belum bisa menunaikan amanah dengan baik, galau karena belum bisa shalat tepat waktu, galau karena belum maksimal menebar manfaat, dan sederatan "high class galau" yang lainnya.

Referensi:
[1] http://m.facebook.com/?_rdr#!/story.php?story_fbid=10151468299556268&id=301729376267&__user=100000003528375

Pacaran Setelah Menikah

Pernah ada yang bertanya tentang kedekatan saya dengan salah seorang sahabat, katakanlah sahabat saya itu X. Jadi pertanyaannya seperti ini, "Bu Yana sejak kapan kenal dengan X?", saat itu jujur saya tidak tahu pastinya sejak kapan kita mulai berteman, saya hanya bisa menjawab sekitar tahun 2009 atau 2010 di suatu acara semi formal. Setelah itu kami lama tidak bertemu dan baru ada kontak lagi sekian bulan kemudian. Kalau dipikir-pikir, seringkali kita tidak mengetahui kapan tepatnya kenal dengan seseorang, paling yang kita ingat hanya kisaran waktunya saja. Tapi ya, semoga kalau ada orang yang bertanya kapan pertama kali saya jadian dengan pacar sy, saya bisa menjawab dengan mantap, "tepat setelah akad nikah kami berlangsung". Insya Allah... Aamiin...