Jika kesuksesan tidak selalu didapat dari bangku kuliah, kenapa harus memaksakan diri duduk di bangku kuliah hanya demi selembar ijazah tanpa makna. Mungkin lebih baik uang yang ada diberikan kepada orang lain yang memang niat untuk kuliah. Atau bisa juga dananya digunakan untuk modal usaha yang diminati, siapa tahu anda bisa sukses dengan usaha tersebut.
*********
Dulu salah seorang rekan pernah berkata kira-kira seperti ini "mba Yana, daripada mengurus satu orang yang ga niat untuk belajar, lebih baik mengurus 10 orang yang memang niat untuk belajar, karena bisa jadi energi yang kita keluarkan untuk mengurus satu orang tersebut lebih besar daripada mengurus sepuluh orang yang niat untuk belajar, padahal ada banyak hal lain yang lebih bermanfaat yang dapat kita lakukan dengan energi sebesar itu". Saat itu saya sempat membantah pernyataan tersebut, karena menurut saya justru disitulah tantangannya, bagaimana membuat seseorang dari tidak tertarik menjadi tertarik terhadap suatu bidang. Saya berpikir jika semua orang meninggalkan dia lantas siapa yang akan menuntunnya untuk berubah?". Meskipun demikian rekan saya tetap berkata "tidak, lebih baik energinya digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat". Ok, saya bisa menerima itu, karena perbedaan adalah hal yang biasa.
Saya tetap dengan pendapat saya sampai akhirnya mengalami "sesuatu" di semester kemarin. Saya bertemu kelas yang entahlah mungkin ini untuk pertama kalinya saya menemukan kelas seperti itu (semoga kedepannya tidak mendapatkan kelas yang seperti itu lagi). Intinya banyak hal baru yang saya temui disini dan jujur saja menguras banyak energi (bukan secara fisik, tetapi mungkin pikiran dan emosi). Mengurus satu orang yang tidak niat saja effort yang diperlukan sudah cukup besar, apalagi terdapat lebih dari separuh anak dalam satu kelas dengan karakter yang nyaris sama (kuliah niat ga niat, ditanya ga bisa jawab, tugas dan ujian nyontek, tapi nilai ingin bagus).
Berdasarkan pengalaman tersebut kali ini saya harus mengakui kalau teman saya benar, lebih baik mengurus sepuluh orang yang niat belajar daripada harus menghadapi 1 orang yang ga niat belajar. Sayang waktu dan energinya jika digunakan untuk mengurusi orang yang bahkan dia sendiri tidak menghargai kemampuannya (nyontek = merendahkan kemampuan diri sendiri). Ya, kali ini saya juga harus mengakui kalau mahasiswa bukanlah anak kecil yang harus selalu kita tatih untuk dapat berjalan. Mahasiswa adalah manusia dewasa yang seyogyanya dapat memilih mana jalan yang terbaik untuk dirinya. Cukup berikan yang terbaik untuk mereka, selebihnya biarkan mereka menentukan arahnya sendiri. Jika belum sesuai harapan tidaklah perlu terlalu kecewa dan merasa bersalah berlebihan, karena ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, dan faktor utama adalah keinginan dan usaha keras dari masing-masing individu. Move on, kerjakan hal lain yang lebih bermanfaat dan yang lalu biarlah menjadi pelajaran.
Dari kejadian diatas juga saya jadi terpikir bahwa untuk orang-orang yang sebenarnya tidak niat kuliah, untuk mereka yang kuliah hanya sekedar mengejar selembar kertas bertuliskan "ijazah", mungkin ada baiknya kalian memilih jalan lain. Sayang waktu dan biaya yang terbuang jika hanya untuk mendapatkan selembar kertas ijazah tanpa mengetahui makna yang terkandung didalamnya. Bayangkan jika biaya kuliahnya digunakan untuk usaha tertentu dan anda tekuni dengan sungguh-sungguh selama sekian tahun (sama dengan lamanya waktu kuliah) mungkin anda sudah menjadi pengusaha sukses, bisa jadi sesukses Bob Sadino atau bahkan lebih sukses lagi.
PS:
Spesial untuk mahasiswa di kelas yang saya ceritakan diatas, terima kasih karena kalian telah mengajarkan kepada saya pentingnya menjadi bijak dan pentingnya mengelola emosi. Kalian berhasil "memaksa" saya untuk merenung dan mengevaluasi diri lebih dalam lagi.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar